Kelas : 3 EB 26
NPM : 28211139
A.
Perencanaan
Audit
Perencanaan
audit adalah total lamanya waktu yang dibutuhkan oleh auditor untuk melakukan
perencanaan audit awal sampai pada pengembangan rencana audit dan program audit
menyeluruh. Variabel ini diukur dengan menggunakan jam perencanaan audit.
Keberhasilan penyelesaian perikatan audit sangat ditentukan oleh kualitas
perencanaan audit yang dibuat oleh auditor.
Didalam
perencanaan audir terdapat tahapan-tahapan yang harus di tempuh oleh auditor
dalam merencanakan auditnya, diantaranya yaitu sebegai berikut:
1.
Memahami bisnis dan industry klien
Sebelum
auditor melakukan verifikasi dan analisis transaksi atau akun-akun tertentu, ia
perlu mengenal lebih baik industri tempat klien berusaha serta kekhususan
bisnis klien. Memahami atas bisnis klien memberikan panduan tentang sumber
informasi bagi auditor untuk memehami bisnis dan industri klien:
a. Pengalaman
sebelumnya tentang entitas dan industrinya.
b. Diskusi
dengan orang dalam entitas.
c. Diskusi
dengan personel dari fungsi audit intern terhadap laporan auditor intern.
d. Diskusi
dengan auditor lain dan dengan penasihat hukum atau penasihat lain yang telah
memberikan jasa kepada entitas atau dalam industry.
e. Diskusi
dengan orang yang berpengetahuan di luar entitas.
f. Publikasi
yang berkaitan dengan industry.
g. Perundangan
dan peraturan yang secara signifikan berdampak terhadap entitas.
h. Kunjungan
ke tempat atau fasilitas pabrik entitas.
i.
Dokumen yang dihasilkan oleh entitas.
2.
Melaksanakan prosedur analitik
Tujuan
prosedur analitik dalam perencanaan audit adalah untuk membantu perencanaan
prosedur audit yang akan digunakan untuk memperoleh bukti tentang saldo akun
atau jenis transaksi tertentu. Untuk maksud ini, prosedur analitik dalam
perencanaan audit harus ditujukan untuk:
·
Meningkatkan pemahaman auditor atas
usaha klien dan transaksi atau peristiwa yang terjadi sejak tanggal audit
berkahir.
·
Mengidentifikasi bidan yang kemungkinan
mencerminkan risiko tertentu yang bersangkutan dengan audit.
Prosedur
analitik dapat mengungkapkan: 1) peristiwa atau transaksi yang tidak biasa, 2)
perubahana akuntansi, 3) perubahan usaha, 4) fluktuasi acak, dan 5) salah saji.
3.
Mempertimbangkan tingkat materialitas
awal
Pada
tahap perencanaan audit, auditor perlu mempertimbangkan materialitas awal pada
dua tingkat berikut ini:
1)
tingkat laporan keuangan,
2)
tingkat saldo akun. Mempertimbangkan risiko bawaan
4.
Mempertimbangkan berbagai faktor yang
berpengaruh terhadap saldo awal, jika perikatan dengan klien berupa audit tahun
pertama
Audit
tahun pertama memberikan panduan bagi auditor berkenaan dengan saldo awal, bila
laporan keuangan diaudit untuk pertama kalinya atau bila laporan keuangan tahun
sebelumnya diaudit oleh auditor independen lain. Auditor harus memperoleh bukti
audit kompeten yang cukup untuk meyakini bahwa:
a. Saldo
awal tidak salah saji yang mempunyai dampak material terhadap laporan keuangan
tahun berjalan
b. Saldo
penutup tahun sebelumnya telah ditransfer dengan benar ketahun berjalan atau
telah dinyatakan kembali, jika hal itu semestinya dilakukan.
c. Kebijakan
akuntansi yang semestinya telah diterapkan secara konsisten.
5.
Mengembangkan strategi audit awal
terhadap asersi signifikan
Strategi
audit awal dibagi menjadi dua macam:
a. Pendekatan
terutama substantif (primarily
substantive approach)
Pada
dasarnya ada tiga alasan mengapa auditor menggunkan pendekatan ni:
1) Hanya
terdapat sedikit kebijakan dan prosedur pengendalian intern yang relevan dengan
perikatan audit atas laporan keuangan.
2) Kebijakan
dan prosedur pengendalian intern yang berkaitan dengan asersi untuk akun dan
golongan transaksi signifikan tidak efektif.
3) Peletakan
kepercayaan besar terhadap pengujian substantif lebih efisien untuk asersi
tertentu.
b. Pendekatan
tingkat risiko pengendalian taksiran rendah (lower
assessed level of control risk approach)
6.
Memahami pengendalian intern klien
SSumber :
William
C Boynton, Raymond N Johnson, Walter G Kell, Modern Auditing Edisi Tujuh, Jakarta:
Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar